Kopi dan Rokok, 2 Hal yang Tidak Mesti Disatukan
Banyak orang yang meragukan profesionalitas saya sebagai seorang penikmat
kopi, menurut mereka, penikmat kopi yang tidak menikmatinya bersama rokok
adalah penikmat kopi yang tidak utuh. Pernyataan ini tentu saja tak berdasar,
karena bagi saya justru merekalah orang yang tidak profesional sebagai seorang
penikmat kopi, mereka masih membutuhkan unsur lain untuk menikmati kopi,
padahal kopi telah mandiri dengan rasa dan magiknya, tanpa rokok pun sejatinya
kopi telah berdiri dengan rasanya yang
mengagumkan.
Kopi dan rokok, memang dua hal yang sering kali dianggap menyatu padahal tidak perlu selalu disatukan.
Kopi punya rasanya sendiri, dan rokok mungkin juga memiliki hal yang sama. Saya
tidak pernah merokok, jadi saya tidak bisa menjelaskan nikmat dan ekstasi apa yang
ada dalam sebatang tembakau yang dibakar itu.
Menilai bahwa tanpa rokok kopi tidaklah memiliki rasa yang utuh adalah
tindakan simplikatif yang justru menciderai rasa dan aroma yang utuh dari
secangkir kopi. Kopi melalui peresapan dan perenungan yang mendalam akan
melahirkan berbagai dimensi inspirasi yang sanggup melemparkan penikmatnya
dalam ruang-ruang yang sangat luas.
Bagi saya, tanpa rokokpun, kopi mampu membawa saya menjelajah berbagai
ruang imajinasi yang saya miliki dan sejurus kemudian termanipestasi dalam
rangkai kata yang kadang begitu panjang.
Memang benar kedua benda itu memiliki kandungan yang sama perihal kafein, tetapi
kopi dan rokok tetap saja tidak bisa disatukan secara konsepsional. Menyatukannya
sekali lagi hanya sebuah simplifikasi.
Dalam beberapa literasi seputar kopi, kita melihat banyak sekali ahli kopi
yang bukan perokok, tetapi memang kebanyakan perokok merupakan ahli kopi. Saya hanya
senang menyeruput kopi dan tidak suka menghisap rokok.
Dalam bahasa Arab istilah ‘menyeruput’ kopi dan ‘menghisap rokok’ sama-sama
menggunakan ‘syaroba’, ini tentunya menyimpan medan semantik yang cukup luas. Dalam
Lisanul Arab kata ‘syaroba’ memilki makna apapun yang dimasukkan ke
mulut dengan dua bibir. Kita tahu bahwa kopi dan rokok sama-sama menggunakan
dua bibir untuk memasukkan air maupun asap.
Keterangan tersebut menunjukkan bahwa kopi dan rokok memang berdekatan
secara konsepsi bahasa (Arab) maupun dalam praktik menikmatinya. Namun demikian tidaklah kopi dan rokok
merupakan suatu yang mesti disatukan.
Dalam beberapa kitab klasik, ada redaksi yang menyebutkan ‘alfatihah
lishohibil qohwah’ yang menunjukkan doa bagi para penikmat kopi, dan tidak ada
redaksi yang menyebutkan ‘lishohibit tadkhin’ (bagi penikmat rokok). Ini
menunjukkan bahwa tidak semua ahli kopi merupakan ahli hisap. Artinya ngopi dan
merokok adalah dua hal yang tidak mesti disatukan.
Post a Comment for " Kopi dan Rokok, 2 Hal yang Tidak Mesti Disatukan"