Kerangka Konsep Interaksi Identitas dalam Penelitian Bahasa (Penelitian pada Komunitas KAMMI )
Interaksi
adalah suatu kegiatan yang melibatkan dua orang atau kelompok dengan tujuan
tertentu. Dalam hal ini interaksi bisa bersifat negosiasi ataupun pergulatan
yang timpang sehingga memunculkan subordinasi dari dominasi kelompok tertentu.
Interaki identitas yang dimaksud disini adalah usaha-usaha yang dilakukan oleh komunitas penutur bahasa Arab yang
merupakan anggota KAMMI dalam mengidentifikasi diri yang mana di dalamnya
terdapat adaptasi ideologi. Dimaksudkan disini bahwa para anggota KAMMI dengan
eksistensi mereka dalam suatu komunitas yang di dalamnya individu-individu
saling berinteraksi dengan latar budaya dan ideologi yang diusung memungkinkan
para anggota tersebut dibawa dalam panggung interaksi identitas antara
identitas mereka sebelum memasuki kelompok tersebut dengan setelah mereka
memasukinya.
Suatu
tindakan intraksi antar individu dalam kajian kebudayaan berimplikasi kepada
reproduksi budaya seseorang secara linguistik maupun kultural.[1]
Artinya identitas yang dimaksud dalam kajian ini adalah identitas bahasa dan
kebudayaan seseorang yang telah resmi menjadi anggota KAMMI dengan pengaruh
paradigma berbahasa Arab yang ada di dalamnya.
Dalam
sebuah skema yang menggambarkan terbentuknya kesadaran (mindfulness)
individu dalam diri seseorang, Ting Toomy membuat keterangan yang cukup
kompleks yang bisa digunakan dalam analisis penelitian ini, Toomy
mengilustrasikan bahwa beberapa faktor penting yang membentuk kesadaran
seseorang adalah tiga faktor besar, yaitu: faktor pengetahuan (knowledge
factors), motivasi (motivation factors) dan kemampuan (skill
factors)[2].
Bahasa adalah salah satu faktor penting pembentukan identitas tersebut yakni
masuk dalam faktor pengetahuan. Dengan demikian arah penelitian ini mengikuti
apa yang dikonsepsikan oleh Stella Ting-Toomy yakni untuk menemukan bagaimana
proses berbahasa seseorang secara perlahan dan pasti membentuk identitas
(reproduksi) seorang penutur tersebut.
Proses
interaksi identitas ini berkutat pada identitas keagamaan yang berimplikasi
kepada motifasi keagamaan penggunaan bahasa Arab serta identitas kebangsaan
(nasionalisme) yang berimplikasi pada penggunaan bahasa Indonesia. Sebagaimana
dikatakan Stella Ting-Toomy bahwa komunikasi antar kebudayaan yang mindful
menekankan pentingnya pengintegrasian pengetahuan antar budaya, motifasi dan
keterampilan untuk dapat berkomunikasi dengan memuaskan tepat dan efektif.[3]
Dengan demikian interaksi identitas disini berbasis pada proses penggunaan
bahasa dalam berkomunikasi yang menunjuk pada adanya reproduksi identitas.
Masih
dalam kerangka teori Stella, negosiasi identitas juga dibentuk oleh
kondusifitas suatu komunitas secara background pemahaman yang diusung
komunitas tersebut. Menurutnya, seseorang akan cendrung merasa menjadi bagian
dari suatu kelompok bila identitas keanggotan dari kelompok yang diharapkan
memberi respon yang positif. Sebaliknya akan merasa berbeda saat identitas
keanggotaan kelompok yang diinginkan memberi respon yang negatif. Kaitannya
dengan penelitian ini poin model tersebut ditunjukkan pada alasan seseorang
untuk memilih bahasa Arab sebagai media representasi identitasnya dimana hal
tersebut dipengaruhi oleh euforia komunitas yang dimasuki atas bahasa yang
digunakan sehingga terjadilah kenyamanan seseorang karena kesatuan frame
identitas.
Dari
keterangan di atas dapat diringkas model kerangka teoritis untuk mengelaborasi
interaksi identitas tersebut berangkat dari motivasi, kemudian identifikasi (background
ideologi) kemudian menuju justifikasi (pembentukan kesadaran). Secara aplikatif
dapat dijelaskan bahwa awal terjadinya negosiasi identitas adalah pada motivasi
seseorang untuk memasuki kelompok tertentu, motifasi ini bisa berupa alasan
teologis, sosial, budaya dan sebagainya, setelah terjadi motivasi ini kemudian
berlanjut kepada identifikasi. Pada tahapan ini seseorang akan melakukan
identifikasi ideologi karena bertemunya dua identitas yakni identitas dia
sebelum dan sesudah memasuki kelompok terkait. Terkait dengan penelitian ini,
identitas sebelumnya adalah identitas keindonesiaan (nasionalisme: penggunaan
bahasa Indonesia) dan identitas setelahnya adalah identitas keagamaan
(penggunaan bahasa Arab). Setelah terjadinya identifikasi ini barulah kemudian
negosiasi berujung pada kesadaran diri (mindfull).
Post a Comment for " Kerangka Konsep Interaksi Identitas dalam Penelitian Bahasa (Penelitian pada Komunitas KAMMI )"