Teori Linguistik Transformatif
- Pengertian Teori Transformatif
- Dua Syarat Tata Bahasa
- Kemampuan dan Perbuatan Bahasa
- Teori Standar (Standard Theory)
- Subkomponen Sintaksis: Dasar dan Transformasi
Pengertian Teori Transformatif
Teori Transformatif atau Aliran Transformasional
merupakan teori yang lahir dari tanggapan kritis terhadap teori tradisional dan
struktural. Sebagaimana diketahui, teori tradisional merupakan model teori
bahasa yang menekankan pada aspek fenomena bahasa yang sering kali terikat pada
hal-hal diluar tuturan. Pada masa selanjutnya konsep tersebut dianggap terlalu
menjauh dari sifat objektif bahasa sehingga lahirlah teori struktural yang
berupaya untuk menghadirkan fenomena bahasa lebih objektif dan terikat dalam
proses berbahasa itu sendiri.
Dapat dikatakan tata bahasa
transformasi lahir dengan terbitnya buku Noam Chomsky yang berjudul Syntactic
Structure pada tahun 1957, yang kemudian diperkembangkan karena adanya
kritik dan saran dari berbagai pihak, di dalam buku Chomsky yang kedua yang
berjudul Aspect of the Theory of Syntax pada tahun 1965. Nama yang
dikembangkan untuk model tata bahasa tersebut adalah Transformational
Generative Grammar; tetapi dalam bahasa Indonesia lazim disebut ‘tata
bahasa transformasi’ atau ‘tata bahasa generatif’.
Menurut Chomsky, salah satu
tujuan dari penelitian bahasa adalah menyusun tata bahasa dari bahasa tersebut.
Bahasa dapat dianggap sebagai kumpulan kalimat yang terdiri dari deretan bunyi
yang mempunyai makna. Maka dengan demikian, tugas tata bahasa haruslah dapat
menggambarkan hubungan bunyi dan arti dalam bentuk kaedah-kaedah yang tepat dan
jelas.
Dua syarat tata bahasa
Setiap tata bahasa dari suatu
bahasa, menurut Chomsky adalah terori dari bahasa itu sendiri, dan tata bahasa
itu harus memenuhi dua syarat, yaitu:
Pertama,
kalimat yang dihasilkan oleh tata bahasa itu harus dapat diterima oleh pemakai
bahasa tersebut, sebagai kalimat yang wajar dan tidak dibuat-buat.
Kedua, tata
bahasa tersebut harus berbentuk sedemikian rupa, sehingga satuan atau istilah
yang digunakan tidak berdasarkan pada gejala bahasa tertentu saja, dan semuanya
ini harus sejajar dengan teori linguistik tertentu.
Kemampuan dan Perbuatan Bahasa
Sejalan dengan konsep langue
dan parole dari de Saussure, maka Chomsky membedakan adanya kemampuan (Competence)
dan perbuatan bahasa (Performance). Kemampuan adalah pengetahuan yang
dimiliki pemakai bahasa mengenai bahasanya, sedangkan perbuatan berbahasa
adalah pemakaian bahasa itu sendiri dalam keadaan yang sebenarnya. Dalam tata
bahasa generatif ini, maka yang menjadi objeknya adalah ‘kemampuan’ tersebut,
meskipun perbuatan bahasa juga penting.
Hal yang pelu dan menarik bagi
seorang peneliti bahasa adalah sistem kaidah yang dipakai si pembicara untuk
membuat kalimat yang diucapkannya. Jadi, tata bahasa harus mampu menggambarkan
kemampuan si pemakai bahasa untuk mengerti kalimat yang tidak terbatas
jumlahnya, yang sebagian besar, barangkali belum pernah dilihat ataupun
didengar.
Pada dasarnya saat kita
mengucapkan suatu kalimat, kita telah membuat kalimat baru yang berbeda dari
sekian bentuk kalimat yang pernah kita ucapkan atau tuliskan. Kemampuan membuat
kalimat-kalimat baru ini disebut aspek ‘kreatif bahasa’.
Dengan kata lain menurut aliran
ini, sebuah tata bahasa hendaknya terdiri dari sekelompok kaidah yang tertentu
jumlahnya, tetapi dapat menghasilkan kalimat yang tidak terbatas jumlahnya. Hal
ini dapat kita umapamakan dengan kemampuan mengalikan bilangan. Setiap orang
yang telah menguasai perkalian 0-9, tentu akan dapat mengalikan perkalian lain,
misalnya 23x46, atau 135x4568. Kemampuan untuk mendapatkan jawaban yang benar dalam
perkalian tersebut bukanlah karena dia pernah melihat atau mendengar pun
menghafal jawabannya, tetapi karena dia telah menghafal atau menguasai kaidah
dasarnya.
Teori Standar
(Standard Theory)Konsep teori linguistik diatas
yang selanjutnya disebut teori transformasi klasik, nampaknya belum memuaskan
banyak kalangan pemikir linguistik. Oleh karena itu setelah diberikan banyak
kritik dan masukan, teori itu disempurnakan oleh Chomsky pada tahun 1965
melalui buku berjudul Aspect of the Theory of Syntax. Dalam buku ini
dikemukakan teori mengenai sintaksis dengan mengadakan beberapa perubahan yang
prinsipil. Teori dalam buku tersebut dikenal dengan nama teori standar ‘standard
Theory’.
Teori standar menyebutkan bahwa
tata bahasa dari setiap bahasa terdiri dari 3 komponen yaitu: komponen
sintaksis, komponen semantik, dan komponen fonologis. Ketiga komponen ini
saling terikat dalam membentuk makna.
Subkomponen Sintaksis: Dasar dan Transformasi
Komponen sintaksis dibagi dalam
dua subkomponen yaitu: subkomponen dasar, dan sub komponen transformasi. Dalam subkomponen
dasar berlangsung proses penyusunan bahasa secara gramatikal yang mencakup
kelas kategorisasi kata, pencabangan makna, dan diksi (kosakata). Susunan sintaksis
tersebut kemudian akan mengalami transformasi saat dituturkan (aspek fonologis)
yang dipengaruhi oleh struktur pemaknaan logis. (perhatikan gambar tabel)
Disinilah inti dari teori
transformasi yaitu mengubah struktur batin yang ada dalam bahasa menjadi
struktur lahir yang ditangkap dalam tuturan.
Tidak sama dengan tata bahasa
strukturalis yang berusaha mendeskripsikan ciri-ciri bahasa tertentu, maka tata
bahasa transformasi berusaha mendeskripsikan ciri-ciri kesemestaan bahasa. Namun
karena pada mulanya teori tata bahasa ini dipakai untuk mendeskripsikan
kaidah-kaidah bahasa Inggris, maka kemudian ketika para pengikut teori ini mencoba
untuk menggunakannya dalam bahasa-bahasa lain, timbullah berbagai masalah.
Apa yang tadinya dianggap sebagai
kaidah universal ternyata tidak universal. Oleh karena itu usaha-usaha
perbaikan telah dilakukan oleh para bekas murid atau bekas pengikut aliran ini.
Umpanya yang dilakukan oleh kaum semantik generatif, aliran tata bahasa kasus,
dan aliran tata bahasa relasional.
Sumber:
Lingustik Umum, karya: Abdul Chaer, (2012)
This comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDelete